Ketika kedua baby itu digendong keluar oleh ibunya untuk menemui
kami. Saya melihat betul-betul sama ‘persis’ kedua anak itu. Seolah-olah
bagaikan pinang dibelah dua. Tak ada bedanya!
Ketika itu umur kedua bayi mungil tersebut masih berapa hari saja.
Matanya, hidungnya, dahinya, pipinya, telinganya, bahkan rambutnyapun
nampak sama. Persis sekali. Maka muncullah sebutan ‘kembar tersebut.
Tetapi setelah sekarang keduanya besar, saya melihat ada suatu
perubahan pada keduanya. Yaitu bahwa wajahnya sekarang sudah bisa
dibedakan. Tidak seperti waktu berusia beberapa hari, yang wajah
keduanya begitu persisnya.
Demikian juga dengan saudara saya, ia punya anak kembar dua. Yang
diberi nama nina dan nani. Bertambah besar, kedua orang tuanya semakin
bisa membedakan keduanya. Sehingga dengan sangat mudahnya kedua orang
tuanya bisa mengenali mereka. Siapa yang namanya nina, dan siapakah yang
namanya nani. !
Saya bertambah ta’jub dengan kebesaran Allah Swt dalam mencipta dan
‘memproses’ bentuk tubuh para makhlukNya. Bertambah lama kita
memperhatikan dan melihat anak kembar dengan lebih teliti, maka kita
akan bertambah mengenalinya.
Sehingga kita bisa menyimpulkan, bahwa ternyata Allah Swt dalam
mencipta bentuk maupun rupa makhluk ciptaanNYa, semua berbeda. Tak ada
yang sama persis. Hanya kita saja yang menganggap keduanya kembar.
Padahal tidaklah sama.
Demikian juga dengan makhluk ciptaanNya yang lain, yang sangat luar
biasa banyaknya, ternyata semuanya memiliki wajah yang berbeda.
“…inni wajjahtu wajhiya lilladzii fatharassamawaati wal ardha hanifan
musliman wamaa anaa minal musyrikiin.” Kuhadapkan wajah (dan hatiku)
kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan
berserah diri, dan aku bukanlah dari golongan kaum musryikin.
Inilah sebuah ikrar yang tulus dari seorang hamba yang sedang
melakukan pengabdiannya kepada Tuhan Sang Maha Pencipta. Raja di hari
ini dan juga Raja di hari kemudian. Penguasa di dunia ini dan juga
Penguasa di hari akhir nanti.
Wajah sebagai saksi yang dihadapkan ke hadirat Tuhan dari seorang
hamba adalah wajah fisiknya dan juga wajah hatinya. Ketika seorang hamba
sedang shalat maka wajahnya tertunduk patuh dan taat terhadap apa yang
diucapkannya dalam do’a shalatnya.
Dengan memperhatikan wajah, maka seseorang akan mengetahui bahwa
Allah benar-benar Maha Pencipta. Tidak usahlah ‘wajah hati’ yang begitu
misteri. Dari ‘wajah fisik’ saja, jika diperhatikan dengan seksama, kita
akan menjadi orang yang benar-benar tunduk akan kebesaran Allah Swt.
Mari kita memperhatikan wajah kita! Katakanlah penduduk bumi saat ini
berjumlah lima milyar orang yang terdiri dari berbagai macam bangsa dan
suku bangsa. Perhatikan, untuk bangsa Indonesia saja, dan misalnya
untuk suku jawa saja. Betapa wajah setiap orang tidak ada yang sama
meskipun umurnya sama.
Meskipun warna kulitnya sama, tetapi ada “sesuatu” yang membuat orang
tersebut tidak sama, meskipun dikatakan orang sebagai dua saudara
kembar “bagaikan pinang dibelah dua”. Tetap saja ada sesuatu yang
membuat orang tuanya mengenali bahwa keduanya tidak sama.
Itulah Kebesaran dan ketelitian Allah Swt dalam mencipta makhlukNya
sangat luar biasa indahnya, dan sangat hebat fungsi dan kegunaannya.
Pada suku bangsa yang sama saja, tidak ada wajah yang sama, apa lagi
pada penduduk dunia yang berbeda bangsa dan warna kulitnya.
Seperti halnya wajah manusia yang tak pernah sama, sekarang marilah
kita bayangkan bagaimana wajah makhluk l ciptaan Allah lainnya. Berapa
milyar jumlah burung yang ada di Indonesia?
Insya Allah wajahnya juga tak ada yang sama, sehingga setiap induk
burung akan mengenali wajah para anaknya yang sedang menunggunya untuk
mendapatkan makan darinya.
Lalu, ada berapa ratus juta jumlah wajah burung yang berbeda di bumi
Indonesia `saja’ ? Bagaimana dengan ular, bagaimana dengan semut,
bagaimana dengan binatang melata lainnya? Bagaimana dengan kehidupan
tumbuhan, misalnya saja bunga mawar dimana setiap lekuk, warna dan
indahnya setiap bunga juga tidak sama? Bagaimana dengan kehidupan laut
yang luasnya lebih besar dibanding daratan? wajah ikan yang tak sama,
batu karang yang tak sama, mutiara yang tak sama, dan tumbuhan laut
lainnya yang juga tak terhitung jumlahnya itu?
Itupun masih benda-benda di Bumi kita, yang besarnya bumi hanya
sebesar debu yang melayang di jagad raya yang sangat luar biasa besarnya
ini. Masya Allah, semua dicipta dengan tingkat variasi yang sangat luar
biasa…
Dan yang lebih mencengangkan hati, adalah bahwa di setiap ciptaanNya,
tidak ada satu bendapun yang tidak berguna bagi lainnya. Semua tak ada
yang sia-sia. “…rabbana maa khalaqta hadza bathilan…”
Itulah ayat-ayat Allah yang tak terhitung jumlahnya yang beserakan di
bumi dan dilangit dengan tingkat variasi yang luar bisa, yang manusia
tak akan sanggup menghitungnya.
QS. Al- Kahfi 18 : 109
Katakanlah: “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis
(ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan
sebanyak itu (pula).”
Sampai disini mungkin kita berhenti sejenak. Dan kita sebagai manusia
hanya bisa berucap sambil mata berkaca-kaca, subhanallah…subhanallah…
Dari menyaksikan peristiwa anak kembar saja, kita telah bertemu
dengan kedahsyatan ciptaan Allah. Itupun baru ciptaanNya! Yang ada di
bumi saja! Belum di planet yang lain. Belum di matahari, di bintang yang
lain, galaxy, di ruang kosong antar galaxy. Lalu di langit kedua, ke
tiga, sampai langit ke tujuh….
Pernahkah ketika shalat, kita menitikkan air mata karena kita sering
merasa paling pandai, paling kaya, paling berjasa, paling berkuasa,
sehingga dengan tiada terasa kita telah menyombongkan diri kita?
Mari kita pandang sekali lagi ciptaan Allah yang bertebaran di
sekeliling kita, dan kitapun akan menemukan eksistensi Allah di setiap
sudut ciptaanNya.
QS. Al Baqarah : 115
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas
(rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.
***
Dari Sahabat